Diposkan pada Ngoceh

160106 – menjatuhkan diri biar dipuji

Bahasa halusnya “Merendah untuk meninggi”. Another kind of people yang lumayan saya suka nyinyirin. Manusia yang sebenernya ingin kelihatan rendah hati, tapi jatuhnya malah nyebelin.

Yah, begini, ya. Kalau ada yang memujimu dengan tulus, kamu cukup bilang terimakasih dengan senyum tipis dan tatapan yang merendah. Kalau mau pakai basa-basi, bisa lah tambahin dengan kalimat, “Saya nggak sebaik itu juga, kok. masih ada yang lebih baik dari saya”, bisa ditambah dengan pujian balik yang tulus, and cut. Cukup sampai di situ. Kalau lawan bicaramu kekeuh dengan pujiannya, ya, berterimakasihlah terus. Itu rendah hati.

Beda dengan yang merespon pujian dengan bilang, “Aduh, padahal karyaku yang itu jelek, hancur, nista, blahblahblah,” dan segala ucapan yang menghina karya sendiri.

Karena pertama, orang yang dipuji dan merespon pujiannya dengan ucapan kayak gitu malah terkesan bodoh banget buat saya. Bodoh karena nggak tahu tata krama bagaimana membalas kebaikan orang, bodoh karena nggak mengenal kata “terimakasih”.

Kedua, ucapan seperti itu bakal melukai perasaan orang yang memuji. Bisa saja, kan, yang memuji itu sangat mengagumi orang yang dia puji, atau bisa saja Si Pemuji ingin bisa menjadi sehebat orang yang dia puji tapi belum bisa menggapainya. Lalu ketika ia memuji orang yang karyanya ia anggap hebat itu, Si Terpuji malah menjatuhkan dirinya sendiri. Duh, itu menyakitkan, lho, untuk Si Pemuji. Karena Si Pemuji pasti mikirnya, “Duh, karya yang hebat begitu aja dibilang sampah, gimana dengan karyaku yang masih jauh dari punyanya yang hebat?”.

Ketiga, orang-orang yang begitu bisa saja sebenarnya busuk. Merendahkan diri sampai begitu, biar lebih dipuji lagi, biar lebih diangkat lagi.

Keempat, orang yang seperti itu nggak bisa menghargai dirinya sendiri. Dan tahu kan, orang yang nggak menghargai dirinya sendiri, bagaimana bisa menghargai orang lain?

Apa, sih, susahnya bilang “Terimakasih”? Nggak perlu sok-sok-an merendah dengan balik menghina diri sendiri. Kalaupun misalnya kamu berburuk sangka pada si Pemuji; berpikir kalau ada apa-apanya di balik pujiannya, ya nggak ada salahnya tetap berterimakasih. Semua yang baik itu bakal berakhir baik, kok. Seandainya pun ada yang nggak berakhir baik, mungkin ‘baik’nya baru sampai di niat, atau mungkin cara menerapkan kebaikannya yang salah.

Saya, sih, mending berhadapan sama orang yang arogan sekalian daripada sama orang-orang yang sok manis, sok rendah begitu. Seenggaknya, mereka yang arogan itu bersikap sebagaimana mereka apa adanya, jujur dengan perasaannya.

Penulis:

hobi : membahagiakan diri sendiri. setengah kucing & seperempat kopi. sisanya random.

2 tanggapan untuk “160106 – menjatuhkan diri biar dipuji

  1. eneg banget dengan media sosial saat ini. bahkan orang begitu biasanya alay. trus kata2 pujian2 itu di screenshoot trus di upload dibubuhin caption yang sok rendah hati, begitu seterusnya..

    Btw, salam kenal 🙂

    Suka

Tinggalkan komentar